slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

Kemiskinan Menempa Hidupnya


Syaharuddin, Ketua Presidium Masyarakat Medan Utara




BICARA pemekaran Medan Utara tentu tak bisa lepas dari tokoh Belawan ini, Syaharuddin. Sejak tahun 2006, Syaharuddin bersama sejumlah tokoh masyarakat Medan Utara mendirikan organisasi bernama Presidium Masyarakat Medan Utara (PMMU), dimana dia terpilih sebagai ketuanya.

Menurut lelaki kelahiran 5 Mei 1975 ini, PMMU lahir dengan latar keprihatinan atas ketimpangan pembangunan di Belawan sekitarnya. Meski menjadi penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) terbesar bagi Kota Medan, tapi ironisnya kawasan ini justru kerap terlupakan.

Adanya pelabuhan internasional Belawan, kawasan industri dan perairan yang kaya sumber daya alam tak serta merta membuat kehidupan warga setempat sejahtera. Bertahun-tahun masyarakat Medan Utara justru berkubang dalam kemiskinan, kekumuhan. Jalanan rusak, sekolah berkualitas buruk jadi hal jamak dalam kehidupan mereka.

Oleh karena itu, PMMU lahir dengan sebuah misi menyadarkan warga terhadap kondisi ketidakadilan yang selama bertahun-tahun jadi santapan sehari-hari. Penyadaran dilakukan lewat diskusi dan beragam aktifitas bersama lainnya.

"Banyak memang masyarakat yang apatis lahirnya PMMU, pasalnya banyak LSM yang lahir hanya mengatasnamakan masyarakat tapi perjuangannya tak tampak," kata Syaharuddin.

Sebagai putra asli Belawan, buruknya infrastuktur dan ketimpangan ekonomi membuat Syaharuddin gemas. Lahir dari keluarga sangat sederhana, membuatnya paham betul bagaimana kemiskinan yang melilit warga Belawan.

Karena kemiskinan pula, ayah satu anak ini terpaksa putus sekolah saat duduk di bangku madrasah tsawaniyah Belawan. Almarhum ayahnya yang hanya nelayan miskin tak sanggup mengantarkan Syaharuddin meraih pendidikan tertinggi.

Sejak putus sekolah sekitar pada awal 1990-an, Syaharuddin pun banting setir jadi tukang sapu di kantor PAC Pemuda Pancasila Medan Labuhan. Kantor OKP inilah yang kelak banyak menempanya mahir berorganisasi dan membangkitkan semangatnya meneruskan pendidikan.

Di kantor PAC PP Medan Labuhan ini, Syaharuddin remaja ditempa Zulkifli Syahdan Sekretaris Pemuda Pancasila setempat. Zulkifli banyak memberi nasehat tentang pentingnya pendidikan.

"Ia (zulkifli -red) merupakan guru saya, ia juga yang memotivasi saya untuk bersekolah kembali," ucapnya.

Tanpa pikir panjang, Syaharuddin pun memutuskan kembali sekolah di MTS proyek Kandepag di Belawan. Meski umurnya sudah layak masuk SMA tapi Syaharuddin harus mengulang dari kelas III tsanawiyah.

Kegemaran berorganisasi makin kental saat Syaharuddin duduk di bangku aliyah/SMA. Di sekolahnya dia dipercaya menjadi Ketua OSIS. Sementara di luar jam sekolah dia aktif dalam pengurusan Pemuda Pancasila Pajak Rambe.

Tamat SMA, Syaharuddin sempat kuliah di STIKP dan Universitas Al Washliyah jurusan Hukum. Tapi keduanya tak selesai, lagi-lagi karena masalah ekonomi. Dia lebih memilih mengalihkan biaya kuliahnya demi menghidupi delapan adiknya.

Getirnya kehidupan ternyata bermanfaat bagi Syaharuddin. Keterbatasan ekonomi memaksanya kerja keras jadi pengusaha. Setelah jatuh bangun, kini dia telah memiliki usaha property dan kontraktor.

Meski hidupnya lebih sejahtera, tak membuat lelaki yang hobi menulis puisi ini melupakan Belawan. Lewat PMMU, Syaharuddin bersama sejumlah tokoh lain terus menyuarakan pemekaran Medan Utara agar berdiri sendiri lepas dari kota Medan. Akankah misinya kali ini berhasil? Kita tunggu saja. (*)


biofile
Nama: Syaharuddin
Lahir: 5 Mei 1975
Pendidikan : STKIP dan Univa (Tidak Tamat)
Hobi: Berorganisasi, dan menulis puisi
Pekerjaan: Kontraktor
Istri: Muhyani
Anak: satu
Alamat: Jl Pancing V Perumahan Permata Hijau, Martubung, Medan Labuhan
Ayah: Alm Kamaruddin
Ibu: Alm Hafzah


Reporter: Azhari Tanjung
Editor: Ekmal Muhammad

Profil ini sudah terbit di Harian Tribun Medan, Edisi Rabu 12 Januari 2011.
Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

1 comments:

  1. Terima kasih atas apresiasi dan tulisannya-ada yang perlu saya luruskan tentang riwayat pendidikan-maksudnya bukan UNIVA tapi AL-Hikmah di Medan//tq sekali lagi-maju terus

    BalasHapus