slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

Generasi Pengubah Zaman, Catatan 22 Tahun Reformasi

Amien Rais memberikan orasi politik di Pendopo Universitas Sumatera Utara, 21 April 1998. Sebulan kemudian rezim Orde baru gulung tikar.

21 April 1998, Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan kedatangan tokoh    yang paling "merepotkan" bagi penguasa Orde Baru: Amien Rais.

Atas undangan para aktivis mahasiswa, Amien dijadwalkan berorasi di Pendopo USU.
Sehari sebelum berorasi, dari Jakarta Amien datang sendiri, tanpa pengawalan meski saat itu beragam ancaman mengepungnya.

Tiba di Bandara Polonia, Amien  langsung dijemput mahasiswa dan diinapkan di suiteroom Wisma Lab Pariwisata Fakultas Sastra USU.

Suasana sosial politik  di Medan kala itu kian panas. Tak ada hari tanpa demonstrasi sejak Januari 1998. Perkuliahan pindah dari kelas ke jalanan, atau ke forum-forum diskusi.

Tujuannya satu: tumbangkan rezim Orde Baru.Dan Amienlah sosok penyemai perlawanan itu.
Gagasan kritisnya tiap pekan bisa disimak lewat tulisan kolomnya di Majalah Forum Keadilan, Ummat, Panji, koran lokal, juga beberapa tabloid.

Mahasiswa menyimak gagasan di media itu terlambat satu edisi. Nunggu majalah/tabloid jadi sisa retur (mahasiswa USU menyebutnya "Macho" alias majalah choyak. Majalah yang dikoyak/sobek  banner covernya). Di Simpang Sumber seeksemplar Macho harganya 100-150 rupiah.

Sebelum 98, gagasan Amien sudah memikat. Misal Skandal Busang, Freeport, dan yang paling mendobrak tentunya ide soal suksesi kepemimpinan nasional serta kesiapannya jadi Presiden (topik paling berbahaya di era Soeharto).

Kembali ke Amien di Lab Pariwisata. Jelang subuh saya datang ke suiteroom Amien. Rencana ingin nyegat wawancara habis sholat subuh untuk Tabloid Suara USU.

Di ruang tamu suiteroom, ada beberapa rekan dari Senat Mahasiswa. Mereka tidak tidur semalam suntuk, menjaga dosen UGM itu.

Dari mereka saya tahu, Amien juga baru tidur dini hari. Karena ada beberapa diskusi dengan para aktivis.

Kondisi yang membuat sesi wawancara khusus tak mungkin dilakukan. Apalagi Amien sholat subuh dan sarapan di kamarnya.

Saya baru bisa wawancara Amien sekitar pukul 08.00. Doorstop dekat gerbang Wisma bareng jurnalis lain. Wawancara singkat, karena Amien  kemudian diarak naik becak dayung oleh para mahasiswa keliling kampus Padang Bulan. Sejak jadi mahasiswa di tahun 95, baru saat itu gelombang massa skala besar ada di USU.

Setelah  melewati kampus FS, FH, FISIP, FE, FP dan FT arak arakan Amien berakhir di Pendopo yang posisinya persis di depan Wisma Lab Pariwisata.
Mahasiswa berhadapan dengan aparat keamanan di Simpang Kampus, Padang Bulan, Medan dalam aksi 1998. 

Tak ada panggung istimewa. Amien berorasi dengan berdiri di atas beberapa meja kuliah yang disusun para mahasiswa. Jurnalis bergantian naik ke meja untuk memotret aksi Amien.

Sementara mahasiswa duduk lesehan atau berdiri menyimak dari jauh. Audiens dari mahasiswa berbagai kampus di Medan, aktivis, serta warga yang tertarik datang.
Mahasiswa Universitas Sumatera Utara mengibarkan bendera kebanggaan kampus saat aksi 21 April 1998 di pintu gerbang jalan dr Mansyur (Simpang Kampus), Padang Bulan, Medan.

Tak lama Amien berorasi. Seingat saya antara 1 hingga 1,5 jam. Dan pesan yang paling melekat tentu soal "Jangan mau jadi kancil pilek". Mahasiswa dan kaum terpelajar, cendekiawan harus berani berkata benar juga bersikap, membela rakyat.

Apa guna titel panjang jika tak berani bersuara benar.

Setelah orasi, Amien pulang ke Jakarta. Dan mahasiswa meneruskan agenda dengan berunjukrasa.
Aksi 21 April 1998 di Simpang Kampus berlangsung hingga sore. Bentrokan pecah. Disusul aksi berikut yang lebih rusuh pada 25 April 1998 . Perlawanan tak terbendung. Semua kampus di Medan turun ke jalan. Termasuk masyarakat.
Mahasiswa melempar batu ke aparat keamanan. Unjuk rasa berbuntut rusuh.

Puncaknya 6 Mei 1998 Medan dan kota kota  sekitarnya membara.Peristiwa yang jadi headline media berhari-hari. Dan sedikit banyak memantik aksi serupa di Jakarta.

Lalu..21 Mei 1998, atau sebulan setelah orasi Amien Rais di Pendopo USU, Soeharto mundur dari kursi presiden.
Demonstran menyelamatkan diri dari tembakan gas air mata. Asap putih memenuhi ruang udara pintu gerbang kampus USU  Jl Universitas.


Kendaraan taktis polisi di depan gerbang kampus. Batu-batu berserakan, kerumunan massa mundur setelah polisi melepas gas air mata. Meski bentrok saat itu polisi tidak bisa memasuki wilayah kampus.

#22tahunreformasi #soeharto #amienrais

NB: Foto koleksi pribadi. Jika ada data fakta meleset harap maklum. Sudah lama.








Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

0 comments: