slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

Kisah Kebaikan dari Balik Stadion

Dukungan penonton untuk Garuda Muda terus mengalir sepanjang pertandingan.


Asian Games 2018 tidak hanya menorehkan sejumlah prestasi bagi Indonesia. Lebih dari sekadar raihan 31 medali emas, pesta olahraga terakbar di benua Asia ini juga sukses “mengembalikan” nilai-nilai kebaikan manusia Indonesia sebagai sebuah bangsa.

“Siapa Kita?!” teriak komandan suporter  dari pinggiran tribun utara, Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jawa Barat kepada ribuan pendukung timnas U-23.

“Indonesia!!!” jawab supporter serempak.  Tak hanya menggema ke luar stadion, tapi juga membuat merinding siapa pun yang hadir.

Gemuruh genderang dan  tepuk tangan khas  sambil berteriak “Indonesia!” tak pernah berhenti sejak suporter memasuki stadion hingga laga usai.

Puncak kegairahan tentu saja saat saya dan sekitar 25 ribu pendukung Garuda Muda menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Saking semangatnya kami, sehingga ketika iringan musik  lagu karya WR Supratman ini tiba-tiba berhenti setelah refrain pertama, tak membuat kami berhenti menyanyikannya.

Indonesia Raya. Jersey dengan logo Garuda di dada. Syal Indonesia dan kibaran merah putih menyatukan saya dengan para pendukung timnas lain.Saya sangat menikmati momen ini. Meski saya tak mengenal semua orang di sekitar saya, tapi saya merasakan kami adalah satu.  Sebuah keluarga yang sama-sama hanyut dalam indahnya nasionalisme.

Betul-betul bergairah . Apalagi ini adalah laga 16 besar Asian Games 2018. Skuad Indonesia yang tampil menawan di fase grup A menghadapi laga hidup mati melawan Uni Emirat Arab agar  lolos ke perempat final.

Tingginya antusiasme pendukung Garuda Muda, tergambar sejak di luar stadion. Mereka rela antre sejak jam tiga dini hari, demi selembar tiket. Lima ribu lembar tiket kategori C seharga 100 ribu yang dijual offline ludes dalam setengah jam! Dan masih banyak supporter yang datang jauh-jauh dari  Serang, Bogor, bahkan Surabaya yang tidak kebagian.

Meski banyak yang tak memperoleh tiket. Para pendukung skuad Luis Milla tetap tertib. Sikap yang pantas diapresiasi!




Berbagi Air Wudhu dengan Air Aqua
Pertandingan Indonesia versus Uni Emirat Arab berlangsung sengit. Di luar dugaan, Evan Dimas cs justru unggul penguasaan bola. Pergerakan lincah Stefano Lilipaly berkali-kali merepotkan barisan UEA. Sementara UEA mengandalkan serangan balik.

Dalam durasi laga normal Indonesia tertinggal 2-1. Dua gol UEA dicetak Zayed Al Ameri dari titik pinalti. Sementara gol balasan Indonesia dilesakkan Alberto Goncalves dia awal babak kedua.

Memasuki injury time, saya dan beberapa penonton harus keluar stadion untuk sholat magrib. Saya sempat menyaksikan skuad Omar Abdulrahman mengulur-ngulur waktu, karena di atas angin dan merasa bakal memenangkan laga dalam waktu normal.

Saat melewati selasar tribun, saya melihat beberapa suporter sedang sholat berjamaah. Mereka membentang jaket, syal dan lembaran suratkabar sebagai sajadah. Sementara saya memilih sholat di musholla portable yang disediakan panitia.

Musholla portable ini sangat sederhana.Hanya berupa tenda 3 x 3 meter yang disekat dua, untuk memisahkan jemaah pria dengan jemaah wanita.

Di sebelah musholla ini ada tangki air untuk wudhu jemaah. Sayangnya empat kran yang tersedia tak satu pun mengucurkan air. Sudah habis!

"Udah kita pakai air Aqua saya aja," kata seorang bapak  pada lelaki di sebelahnya. Si bapak mengeluarkan botol Aqua dari tasnya. Saya lihat mereka berbagi air Aqua kemasan 600 mililiter. Dengan sangat hemat dan hati-hati, mereka memanfaatkan cucuran air yang terbatas untuk bersuci menghadap Allah SWT.

Beberapa relawan berseragam biru dari Kontingen Kebaikan Aqua, dengan kantung hitam tanpa diminta mengumpulkan sampah botol para suporter yang berwudhu. Mereka juga sempat membantu saya menunjukkan tempat sholat magrib. Top!

Pemandangan yang adem. Melihat orang yang tidak saling kenal berbagi dan saling bantu. Inilah Indonesia sesungguhnya.

Sementara saya, melakukan tayamum dengan memanfaatkan debu di dinding tenda. Semoga Allah memahami kondisi darurat kami dan menerima ibadah di tengah gemuruh pertandingan Asian Games. Mengabulkan doa kami.

Usai wudhu dan tayamum, saya bersama 6 suporter pun berjamaah. Saat mengangkat takbir, terdengarlah teriakan gegap gempita, "Gooooooool". Stadion serasa bergetar. Hentakan akibat lompatan puluhan ribu pasang kaki jelas mampir di telinga.

"Gol untuk Indonesia. Dicetak oleh Stefano Lilipaly. Indonesia 2 ,  Uni Emirat Arab 2," terdengar suara announcer ke seluruh stadion. Penonton Indonesia terus bernyanyi.

"Yo ayoooo. Ayo Indonesiaaaaaaaa. Kuingin Kita Harus Menaaaaang!"koor itu kian bertenaga.

Jadilah kami berjamaah dalam  gemuruh nasionalisme. Rukuk kami dihiasi nyanyian Indonesia Pusaka. Sujud kami berbalut koor Garuda di dadaku. Usai sholat magrib kami cuma berdoa pendek lalu  beranjak. Karena masih banyak suporter lain di belakang kami antre untuk magriban.

Hingga waktu babak perpanjangan waktu berakhir, skor Indonesia versus Uni Emirat Arab tetap 2-2.

Dewasa Sikapi Kekalahan
Saat kami kembali ke tribun, pertandingan perpanjangan waktu sudah dimulai. Indonesia terus menekan. Sayang 2 x 15 menit skor tetap dua sama. Sehingga laga harus dituntaskan dengan adu penalti. Drama yang akhirnya dimenangkan Uni Emirat Arab: 4 -3.

Kekalahan tidak membuat kami para penonton jengkel apalagi marah-marah. Syal-syal tetap diputar ke udara sambil menyanyikan yel-yel Indonesia. Dan diakhiri dengan standing applause untuk Evan Dimas cs. Saya melihat Luis Milla masuk ke tengah lapangan. Memeluk anak didiknya. Menepuk pundak mereka satu persatu.

Pelatih asal Spanyol itu mengajak seluruh timnya berdiri. Mereka berdiri membentuk sebuah lingkaran dengan Milla di tengah seperti memberi pengarahan.Mereka kemudian ganti memberikan standing applause untuk supporter. Kami balas dengan tepuk tangan sambil menyanyikan koor  lagu Indonesia Pusaka.

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Selalu dipuja-puja bangsa

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata

Kami terus bernyanyi. Meski kalah, tidak ada kerusuhan dan aksi vandalisme sebagai pelampiasan. Kita kalah dengan kepala tegak. Ini adalah laga terakhir Garuda Muda. Saya dan banyak supporter seolah tak mau buru-buru meninggalkan stadion Wibawa Mukti.

Gempita persatuan selama 150 menit bak oase di tengah carut marut politik negeri. Sepakbola menyatukan kami. Membuat kita sesaat melupakan pertengkaran sengit di media atau dunia maya. Apa yang terjadi di stadion selama perhelatan Asian Games 2018 adalah wajah kita sebenarnya. Wajah yang baik dan ramah. Wajah penuh senyum persaudaraan.

Siapa Kita? INDONESIA!

Skuad Luis Milla kalah dengan main cantik. Penonton tetap mengapresiasi hingga laga berakhir.






Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

1 comments: