Jurnalis/wartawan/penulis lepas adalah "roh" Komik Tintin, Richochet, Novel Balada Si Roy dan tentunya Lupus. Keseruan petualangan merekalah yang mewarnai dan membentuk imajinasi masa-masa SD dan SMP-ku. Suatu periode yang sering disebut para pendidik sebagai "waktu emas" mengeksplorasi cikal bakal masa depan.
.
.
Meski pernah bercita-cita jadi tentara (cita-cita orisinil kebanyakan anak laki), pengaruh Tintin dan Lupus membuat jurnalis jadi goal dan impian yang harus diwujudkan saat mulai duduk di bangku SMA.
.
.
Cita-cita ini makin mantap bukan karena dekat dengan heroisme ala petualangan Tintin. Tapi karena secara naluriah, di situ ada kemewahan bekerja tanpa "membungkuk" , memberi hormat berlebihan pada siapa pun, apalagi menjilat.
.
.
DNA pekerjaan ini tak kenal rasa takut. Tak kenal rasa gelisah bakal turun pangkat, dinonjobkan, atau digosar-geser. Sebab pekerjaan ini sangat natural: membebaskan. Ya, Jurnalis pada hakekatnya adalah hobi sekaligus pekerjaan yang mencerdaskan sekaligus independen!
.
.
Begitu keren kerjaan ini, sampai ada Undang-undang yang melindunginya. Undang-undang yang sekaligus akan bikin malu, jika kerjaan yang punya bejibun keistimewaan ini justru dilakukan dengan asal-asalan, menerabas kepercayaan juga independensi yang mewah itu. Baik tak sadar, mindik-mindik, samar, atau malah terang benderang.
.
.
Selamat Hari Pers Nasional ( bagi yang merayakannya)
Post A Comment:
0 comments: