slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

3,5 Bulan Keliling Indonesia



Diskusi Tribun Bersama Medan Sepeda Antik Club (Mesac)

JANGAN pandang enteng sepeda onthel. Sepeda tua yang banyak digunakan sejak zaman kolonial Belanda hingga tahun 1970 ini ternyata memiliki nilai ekonomis tinggi.

Jika di Surabaya ada sebuah sepeda onthel merek Gazele bernilai Rp 80 juta, maka di Medan ada sepeda Burgers yang harganya mencapai Rp 50 juta. Dua nama ini memang tergolong merek langka dan berkelas di dunia sepeda onthel.

Namun bukan cuma soal harga dan keantikan saja yang membuat sepeda onthel alias sepeda janda ini makin digemari warga Medan. Menurut anggota Medan Sepeda Antik Club (Mesac), H Alisyahbana Parinduri kebersamaan dan persaudaraanlah yang membuat hobi sepeda antik sangat berharga.

" Saat kumpul-kumpul dan turing itulah yang memberi kepuasan tak ternilai harganya," kata Jenderal Ali, begitu dia akrab disapa di komunitasnya saat berdiskusi di kantor Tribun Medan, Jl Wahid Hasyim No 37 Medan, Sabtu (31/3).

Semangat kekeluargaan inilah yang membuat Mesac bisa berkembang pesat. Sebagai perkumpulan hobi Mesac sudah eksis sejak tahun 2002, namun baru diresmikan sebagai organisasi sepeda onthel pada 2010 silam.

Kini Mesac memiliki 268 anggota, dan tiap hari Minggu pagi mereka selalu kopi darat di depan Bank Mandiri kawasan Lapangan Merdeka, Medan.Bertahun-tahun jadwal ngumpul ini tak pernah ditinggalkan.

"Ada yang kurang jika nggak ngumpul dan nggowes sepeda onthel bareng kawan-kawan," ujar seorang anggota muda Mesac Fenny didampingi Lisnar dan Agus Surya.

Sebagai anak-anak Muda Fenny, Lisnar dan Agus justru tak tergoda memiliki sepeda gunung apalagi fixie yang sedang naik daun. Menurut mereka, sepeda onthel punya nilai sejarah dan kepuasan yang berbeda.

" Onthel itu bersejarah dan membuat kita nampak klasik dan tampil beda," Lisnar mengungkapkan alasannya memilih onthel.

Uniknya, baik Lisnar maupun Fenny bukan sekadar memakai onthel untuk kumpul bareng komunitasnya. Boleh percaya boleh tidak, dua perempuan yang bekerja di perusahaan provider seluler ini ternyata naik onthel tiap hari untuk pergi dan pulang kerja.

Hampir setahun terakhir, dengan penuh percaya diri Lisnar naik onthel merek Phillips sementara Fenny menaiki onthel Raleigh tahun 1970. Mereka tanpa malu-malu, lincah mengowesnya di tengah jalanan Kota Medan yang padat dan sumpek.

Lebih gila lagi Jenderal Ali, bapak enam anak ini pada Juli 2011 silam memutuskan keliling Indonesia dengan menggunakan onthel Valuas miliknya. Berbekal surat jalan dari Kompol Safwan Khayat yang juga bapak onthel Sumatera Utara, selama 3,5 bulan Ali melahap jalanan dari Medan hingga Merauke dengan onthel.

" Onthel membuat hidup kita happy terus. Ini bukan sekadar sepeda, tapi juga soal kesabaran, kebersamaan, dan tentunya persaudaraan," tutup Ali yang berniat menggowes sepeda Valuasnya keliling Indonesia. Di edisi kedua nanti dia berencana melahap jalanan Pulau Kalimantan.(ekmal muhammad)


* Tulisan ini pernah diterbitkan di Harian Tribun Medan edisi Minggu, 1 April 2012
Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

2 comments: