slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

Berprestasi Meski Sepi Perhatian

Diskusi Tribun Medan Bersama www.letterater.com Jejaring Sosial Asli Medan

"Dunia maya itu potensial. Masa depan bisnis ada di sini. Lihat saja daftar orang kaya dunia, didominasi para praktisi dunia informasi teknologi,"kata Palit Hanafi Lubis, Ketua Tim Pengembangan www.letterater.com dalam diskusi di kantor redaksi Harian Tribun Medan, Jl Gatot Subroto No 449 D-G, Medan, Sabtu (3/12).

Palit hadir di Tribun Medan bersama Bambang Saswanda Harahap. Dua alumni Universitas Sumatera Utara ini merupakan penggagas dan pembuat letterater, sebuah jejaring sosial lokal.

Sejak dirilis dalam bentuk beta Juli 2011, jejaring sosial yang menggabungkan kelebihan facebook, twitter dan blogger ini sudah memiliki 3.000 member dengan lebih dari 5.000 konten.

Uniknya, jejaring sosial bertagline Karya Anak Negeri ini lebih fokus pada bidang karya tulis. Melingkupi karya sastra seperti cerpen, puisi, esai, dan buku.

"Kami mendirikan jejaring sosial seperti ini, dengan gagasan  menulis itu sudah merupakan kebutuhan manusia," kata Bambang.

Karena kekuatannya, Letterater memungkinkan seorang member bisa melihat karya member lain meski mereka tidak terhubung sebagai teman. Di letterrater, seorang user juga bisa secara mudah melihat karya member hanya dengan mengeklik kategorinya.

"Ini yang membedakan letterater dengan jejaring sosial lain seperti Facebook, atau Twitter. Dimana di jejaring sosial kita bisa melihat tulisan dan komentar jika kita sudah berteman," imbuh Bambang.

Kekuatan lain letterater adalah, memungkinkan sebuah karya menjadi terkenal dan masuk daftar Terpopuler jika sudah sering dilihat netter lain. Sehingga ini akan membuat sebuah karya dapat menjadi lebih dikenal dan siap dibukukan.

"Kalau banyak yang suka dengan tulisan tersebut, maka tulisan tersebut masuk kedalam tulisan populer yang nantinya dibukukan setiap enam bulan sekali," kata Palit.

Dikatakan Palit, sejak digagas Mei 2011 hingga akhir November lalu mereka sudah menggelontorkan uang sebanyak Rp 75 juta. Dan mereka sudah mencapai target 3.000 member meski masih seumur jagung.

Dana sebesar itu diperoleh Palit dan Bambang  dari menyisihkan penghasilan dan tabungan sebagai staf IT. Namun keduanya mengakui, saat ini mereka mulai kesulitan dana untuk mengembangkan jejaring sosial ini lebih maksimal.

Sayangnya, ketika mereka meminta banyak pengusaha dan pejabat pemerintah Medan memberikan testimoni terhadap produk ini, mereka lebih banyak kecewa karena tak ditanggapi. Padahal dari testimoni itu, mereka bisa lebih mendongkrak imej, popularitas dan kredibilitas www.letterater.com.

"Dengan testimoni diharapkan bisa mengerek branding kita sehingga pengiklan mau memasang produknya di website kita,"tutur Palit.

Meski sepi perhatian, tapi pada November lalu Bambang berhasil mewakili letterater ke ajang  Kompetisi Ide Kreatif Asia pasifik Bootcamp 2011. Dari 1.000 ide yang ditampung, letterater terpilih untuk ikut seleksi di Jakarta bersama 123 tim lain. Dan yang luarbiasanya, letterater menjadi satu-satunya wakil di luar Pulau Jawa.

Di babak final ini, lagi-lagi letterater mengundang perhatian. Mereka masuk dua besar untuk diseleksi  sebagai wakil Indonesia di pentas Asia Pasifik.

" Tapi akhirnya saya mundur, karena panitia meminta letterater harus jadi ide tim bentukan panitia. Saya harus meninggalkan tim asli di Medan. Saya tak mau, dan letterater gagal, tidak apa saya yakin akan ada kompetisi lain," kata Bambang yang mengaku tak bisa mengkhianati Palit dan rekan lain karena sudah banyak suka duka bersama dilalui bersama.

Palit dan Bambang menyakini, mereka kini berada di jalur yang benar. Hanya butuh satu lompatan besar bagi letterater untuk lebih berkibar. Mereka membutuhkan dana minimal Rp 100 juta untuk mengembangkan website ini secara sempurna. Dan sayangnya belum ada satu pun pengusaha dan pemerintah yang memberikan  perhatian pada mereka. (em/akb)

* Tulisan ini pernah terbit di Harian tribun Medan edisi Minggu, 4 Desember 2011

Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

0 comments: