slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

Jika Tak Berubah Pasti Punah




Diskusi Tribun Bersama Kru Sumut TV


SIAPA bilang membuat televisi siaran itu mahal. Buktinya sejumlah anak-anak muda di Medan selama setahun terakhir bisa tetap eksis di usaha penyiaran yang biasanya membutuhkan modal milyaran rupiah.

" Pertama buka kami hanya ucapkan Bismillah, punya modal tekad dan membeli server dan domain yang harganya hanya beberapa ratus ribu rupiah," kata Dicky Zulkarnaen, Direktur Bisnis Sumut TV dalam diskusi bersama di Harian Tribun Medan, Jl Gatot Subroto No 449 D-G, Medan, Sabtu (26/11).

Dicky pun berani mengklaim, Sumut TV merupakan satu-satunya televisi online di Sumatera Utara saat bertama kali siaran lewat kanal internet.

Berbeda dengan televisi konvensional yang siaran lewat pemancar dan dibantu satelit, Sumut TV murni beredar lewat jaringan internet. Para pemirsanya cukup mengklik www.sumut.tv dan dalam sepersekian detik sudah bisa menikmati siaran streaming.

Karena usia siarannya masih muda, Waliyono selaku Direktur Umum mengakui masalah pendanaan menjadi kendala klasik untuk meningkatkan penetrasi pasar. Tapi bukan berarti mereka berpangku tangan, sejumlah terobosan coba dilakukan. Salah satunya dengan mencoba bisa siaran dari gadget jenis BlackBerry maupun ponsel jenis android.

"Bukan perkara mudah, soalnya RIM itu tergolong susah servernya. Tapi kami targetkan 1,5 tahun ini bisa dilakukan, tapi kalau serius bisa tujuh bulan," kata Waliyono.

Membenamkan siaran live streaming ke ponsel bukan perkara mudah. Teknologinya juga masih sangat mahal, tapi Waliyono optimisti upaya mereka mendevelop program akan berhasil.

Dicky yang juga Direktur Plasa99 memaparkan, jika program streaming untuk mobile gadget ini sukses, maka siaran TV online akan semakin mudah dinikmati dalam genggaman tangan.Dan menciptakan masyarakat menikmati tanyangan TV secara berbeda.

"Mereka bisa menikmati SumutTV tanpa pemancar dan dapat diakses melalui internet. Kapan perlu nonton, jadi disitu nggak usaha bawa-bawa TV, nonton cukup pakai handphone," kata Dicky penuh semangat.

Lebih lanjut Dicky menjelaskan, sebenarnya kehadiran Sumut TV sangat bermanfaat bagi kemajuan Sumatera Utara. Mereka hadir hanya bermodalkan semangat, tapi bisa berkarya dan karyanya itu dinikmati di seluruh dunia.

Dari google analytics, diketahui pemirsa Sumut TV tak terbatas hanya pemirsa di Sumatera Utara. Tapi juga daerah lain di Indonesia dan orang-orang di Eropa dan Amerika.

Kehadiran Sumut TV pendek kata menurut Dicky mendapat sambutan antusias dari masyarakat, karena mereka dapat menikmati tayangan TV tanpa ruang dan tanpa batas.

"Mereka dapat menikmati tayangan TV yang sudah lama, jadi tidak takut menikmati program yang sudah lalu. Karena filenya melekat server," terangnya.

Sementara itu Konsultan Sumut TV Rob Van Der Sanden yang berasal dari Belanda memaparkan, prospek tv online sangat memiliki peluang pasar yang amat besar. Bahkan di Eropa siaran-siaran online ini sudah menjadi menu tambahan bagi media-media konvensional.

" Cross media itu sudah jadi kewajiban. Di Eropa, surat kabar sekarang memiliki versi dotcom, e paper, dan punya menu tambahan berupa siaran tv online dan siaran radio online. Ini sebuah lompatan dan revolusi media. Jika anda tidak mengikutinya siap-siapkan punah," tegas Rob yang memang ahli di bidang teknologi informatika itu.

Sumut TV sendiri dalam siaran online menyiarkan beragam program selama 24 jam sehari sepanjang tahun. Adapun program-program yang ditayangkan SumutTV diantaranya tentang pariwisata, seremoni, informasi dan berita.

Para praktisi di Sumut TV ini memaparkan, TV online meski memiliki prospek bagus tapi masih terhambat perkembangannya di Sumatera Utara. Masyarakat masih belum paham kekuatan tv online ini. Dan terlebih bagi pengiklan, mereka belum menganggap serius potensi tv online bagi bisnis mereka.

" Untuk itu kita memang harus mengedukasi warga. Mengedukasi itu sangat mahal, sebab mereka juga belum merasakan benefit (keuntungan) dengan hadirnya TV online," jelas Dicky.

Padahal, lanjut Dicky TV online ini mereka dapat mengakses berita khususnya di Sumut meski berada di luar negeri. "Iklan mereka bisa dilihat di luar negeri seperti di Malaysia, atau dinegara lainnya," katanya.(aya/em)

Tulisan sudah diterbitkan di Harian Tribun Medan, 27 November 2011
Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

0 comments: