Setahun Berhasil Buat Empat Film
Diskusi Pagi Tribun Medan bersama Komunitas Rumah Film Indie (Rufi)
BERHASIL memproduksi empat judul film dalam satu tahun tentu bukan perkara mudah. Namun itulah yang berhasil dilakukan sekelompok anak muda Medan yang tergabung dalam komunitas Rumah Film Indie (Rufi). Hanya bermodal semangat dan rasa ingin tahu, komunitas ini nekat membuat film.
" Kami ingin membuat film yang bisa dinikmati banyak orang, bukan sekadar film idealis yang bikin kening berkerut," kata Muhammad Abrar, Koordinator Rufi dalam Diskusi di kantor redaksi Harian Tribun Medan, di Jl Gatot Subroto No 449 D-G, Sabtu (12/11).
Abrar tak sendiri, dia hadiri bersama Syahraini, pemeran utama dalam film perdana mereka yang berjudul Susahnya Bilang Cinta. Sebuah film produksi asli anak-anak Medan ini lumayan menarik minat pecinta film Medan.
Saat diputar di Taman Budaya, Susahnya Bilang Cinta ini berhasil menarik 400 penonton. Padahal saat itu penonton harus membayar tiket Rp 10 ribu hingga Rp 13 ribu. Meski meleset dari target 1.000 penonton tapi ini membuktikan, masyarakat Medan suka dengan produksi sendiri.
Sukses dengan Susahnya Bilang Cinta, dan Susahnya Bilang Cinta (Remake) Rufi melanjutkan proyek mereka dengan film genre thriller horor berjudul Dendam Melur yang menelan biaya produksi Rp 300 juta. Meski belum selesai digarap, Rufi kembali melanjutkan berkarya dengan film roman Islami Bait Cinta Dibalik Hijab.
Untuk Bait Cinta Dibalik Hijab, Rufi mengambil setting di Tanjungpura, Kabupaten Langkat. Film ini murni dibintangi dan diproduksi anak-anak Medan.
" Untuk Bait Cinta Dibalik Hijab sekarang sedang proses editing dan finishing.Film ini akan rilis akhir tahun ini,"kata Abrar yang kerap didapuk jadi sutradara dan penulis skenario.
Berdiri sejak 1 September 2010, total jenderal Rufi sudah menelurkan empat film. Uniknya, komunitas ini bukanlah orang-orang berlatar belakang seni dan sinematografi. Anggota inti Rufi hanyalah 15 orang, dan setiap membuat film mereka akan melakukan casting untuk memperoleh pemain yang sesuai karakter cerita.
Saat ini Rufi bermarkas di Jl Helvetia Raya No 170, Medan. Mereka terbuka bagi siapa saja yang memang mencintai film.
Hingga saat ini, Abrar mengakui, kesulitan terbesar yang kerap mereka hadapi adalah masalah klasik lembaga mana pun yaitu masalah pendanaan. Dalam menggarap empat film mereka yang berdurasi 45 menit hingga dua jam pendek itu, murni mereka harus lihai mengajak pihak sponsor untuk terlibat.
Menghasilkan empat karya, Baik Abrar maupun Syahraini mengakui minat masyarakat Sumatera Utara untuk terjun di perfilman sangat tinggi.
"Terbukti setiap kami melakukan casting, pesertanya selalu banyak. Padahal jujur saja kita di sini belum ada sistem pembayaran profesional. Murni semua karena hoby dan ingin belajar," kata Syahraini.
Baik Abrar dan Syahraini berharap, apa yang dilakukan Rufi bisa menginspirasi komunitas serta penggiat seni dan film Sumatera Utara. Bahwa dengan kerjakeras dan semangat berkarya bisa menghasilkan film-film cerita yang bisa dinikmati banyak orang.
"Animo masyarakat Kota Medan khususnya terhadap dunia perfilman sangat bagus. Namun karena terbatasnya tempat untuk menyalurkan bakat, membuat animo itu tak muncul. Itulah yang membuat kami bercita-cita melahirkan sejuta film untuk Sumatera Utara,"pungkas Abrar yang sebenarnya berlatar belakang pendidikan perhotelan itu.(afr/em)
Tulisan sudah diterbitkan di Harian Tribun Medan, 13 November 2011
Post A Comment:
0 comments: