slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

Kerasnya Hidup Kucing Kampung

kucing oranye


Si oreng ini namanya Mouza. Datang ke rumah tanpa diundang. Waktu itu usianya mungkin sekitar satu tahunan. Masih kecil dan kerap dibully kucing-kucing kampung di sekitar permukiman kami.

Mouza seperti kucing-kucing liar di kampung kami, adalah buangan. Dia dibuang pemiliknya yang barangkali sudah kerepotan mengurusi banyak kucing atau memang sebenarnya tidak suka binatang berbulu lembut ini.

Di seruas jalan depan rumah kami, memang selalu ada kucing-kucing baru (baru datang dan dibuang pemiliknya).Hampir tiap bulan ada pendatang baru, mulai dari yang dewasa hingga kebanyakan masih "anak-anak" seumuran Mouza.

kucing liar


Sebelum Mouza datang, rumah kami juga sering disinggahi kucing liar lain. Usianya lebih tua dari Mouza, dengan kulit abu kecoklatan (betulnya itu?).Kucing ini bernama Sruntul. Nama yang menurut kami pas untuk dia yang memang doyan sruntulan. Kerap datang tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba sambil lari-lari pula.

Sama dengan Mouza, si Sruntul juga kucing buangan. Tiba-tiba saja muncul di kampung kami. Dan rajin nongkrong di halaman rumah. Perasaan senasib membuat dua kucing ini bersahabat, walaupun kalau jam makan tiba mereka akan sangat egois banget. Berantem dan saling cakar menyelamatkan makanan untuk lambungnya masing-masing. Tapi biasanya, begitu waktu makan selesai mereka baikan lagi. :)

Jaga Wilayah
Sruntul yang lebih dewasa, pada akhirnya secara naluri "kekucingan" mulai menjaga teritori. Daerah kekuasaannya hanya dua rumah: rumah kami dan rumah tetangga. Meski wilayah kecil, tapi naluri berkuasa itu terendus kucing-kucing kampung lain. Salah satunya si Garong. Kucing oranye dengan banyak bekas luka di badannya (simbol perjuangannya kali ya).

Beberapa kali Sruntul dikejar Garong. Terutama saat malam hari, mereka akan perang tanding. Adu kekuatan untuk membuktikan yang terkuat. Dari beberapa pertempuran, Sruntul beberapa kali kabur dan membawa oleh-oleh luka.


Sruntul Menghilang
Setelah hampir setahun beredar di sekitar rumah. Tiba-tiba di suatu waktu, Sruntul tak ada kabarnya. Padahal minimal sekali dalam sehari dia akan minta makanan di halaman kami.Mengeong minta potongan ikan atau sekadar minta diambilkan air untuk minum.

Selama beberapa waktu, hanya Mouza menikmati makanan di halaman. Tak ada pertengkaran dan rebutan makanan seperti hari-hari biasa.Berasa sepi juga dengan suasana ini.

Teka-teki Sruntul akhirnya terjawab. Di suatu sore, anak tetangga depan rumah teriak-teriak. "Maaak, kucingnya mati," Teriakan yang membuat kami tahu Sruntul telah pergi selamanya. Rupanya saat menghilang dia banyak "sembunyi" di rumah tetangga kami. Dari cerita mereka, Sruntul ternyata luka berat. Mulutnya kena cakaran Garong dan sulit makan dan minum.

Mouza Juga Meninggal
Hanya berselang sebulan setelah kematian Sruntul. Lagi-lagi kami mendengar kucing kampung lain meninggal. Siapa lagi kalau bukan Mouza, si oreng kecil karib Sruntul. Kali ini bukan karena berkelahi atau tanding menuntut balas ke Garong. Tapi Mouza mangkat diduga setelah ditabrak motor yang ngebut di depan rumah.Dia ditemukan tak bernyawa di selokan dekat rumah tetangga. Ada bekas luka tertabrak di punggung dan kaki belakangnya.


Mouza dan Sruntul memang hanya setahunan jadi "penghangat" halaman kami dengan tingkah mereka yang lucu. Sebagai kucing kampung mereka lebih suka kelayapan, bertualang ke sudut-sudut permukiman. Datang ke rumah hanya untuk istirahat, minta makan dan minum serta sesekali bermanja-manja di kaki. Hidup mereka memang keras. (*)












Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

0 comments: