Siang itu, 11 Oktober 2017 puluhan siswa
sekolah dasar berkumpul di Rumah Majelis
Adat Budaya Melayu (MABM) Kapuas Hulu, di Jalan Budaya, Putussibau, Kabupaten
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Wajah mereka berseri-seri, sumringah. Karena
bakal segera menerima sepatu dan tas baru yang selalu diidamkan anak usia
sekolah seperti mereka.
Jangan
bandingkan mereka dengan anak-anak di Pulau Jawa; Pacitan, Tasikmalaya, Serang
atau Jakarta. Jangan bandingkan pula dengan rekan mereka di ibu kota Kalimantan
Barat: Pontianak.
Berbeda
dengan teman-teman mereka di Jawa atau Pontianak, bagi anak-anak sekolah di Kapuas
Hulu, sepatu atau tas merupakan sarana penunjang pendidikan yang kerap
diidam-idamkan.
Terletak di
teras Indonesia, Kapuas Hulu jadi salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang
berbatasan langsung dengan
Sarawak,Malaysia Timur. Sayangnya meski kabupaten ini berdiri sejak
tahun 1953, atau delapan tahun sesudah Indonesia merdeka, nyatanya kondisinya
tidak terlalu menggembirakan.
Astra International dan Bupati Kapuas Hulu menyerahkan bantuan tas serta sepatu untuk pelajar. 60 tahun kiprahnya, Astra International turut membangun manusia Indonesia. (foto:pressrealese.id) |
Bupati
Kapuas Hulu AM Nasir bahkan mengakui kabupaten yang dipimpinnya sebagai wilayah
3T. “Kapuas Hulu termasuk wilayah 3T, yaitu wilayah Indonesia Tertinggal,
Terjauh dan Terluar,” katanya.
Kabupaten
Kapuas Hulu seolah memang jauh di mata sekaligus jauh dari pembangunan. Bayangkan
saja, untuk menuju kabupaten ini kita harus menempuh perjalanan darat dari
Pontianak sejauh 814 kilometer (sejauh jarak Jakarta ke Malang). Atau bisa juga
naik perahu menyusuri Sungai Kapuas sejauh 846 kilometer. Benar-benar
melelahkan, karena akses transportasi sulit dan medan yang tak bersahabat.
Namun jika
uang anda berlebih, silakan gunakan jalur udara. Dari Pontianak menuju ibu kota
Kapuas Hulu Putussibau tiap hari dilayani dua maskapai: NAMair dan Garuda Indonesia.
Tapi seberapa kuat dompet warga, untuk tiap minggu memakai moda transportasi
ini?
Peta posisi Kabupaten Kapuas Hulu (foto: wikipedia) |
Tidak hanya
infrastruktur, Kapuas Hulu juga dihadapkan kendala bidang pendidikan yang
serius. Kabupaten dengan 23 kecamatan ini, pada Januari 2017 dilaporkan
kekurangan 1.200 guru SD dan SMP untuk
mengajar di 406 SD, dan 96 SMP. Penambahan tenaga guru tidak bisa serta merta
dilakukan, karena keterbatasan anggaran kas daerah. Pendek kata, sebagai daerah
3T Kapuas Hulu memang perlu terobosan untuk mengakhiri persoalan yang mbulet ini.
Untuk
meringankan beban itulah, PT Astra Internasional Tbk pada Oktober lalu datang
ke Kapuas Hulu. Lewat program GenerAKSICERDAS, Astra menyerahkan bantuan 2.000
sepatu dan 500 tas untuk anak-anak sekolah se-Kapuas Hulu.
Tak hanya di
Kapuas hulu, Astra juga menyerahkan 10.000 paket pendidikan berisi 8.000 sepatu
dan 2.000 tas sekolah ke daerah tertinggal lain. Seperti Kabupaten Yahukimo
(Papua), Kabupaten Jeneponto (Sulawesi selatan) dan Kabupaten Buton ( Sulawesi
Tenggara). Bantuan pendidikan seperti ini, sudah dilakukan Astra sejak tahun
2015.
Membangun dengan Hati
Aksi sosial
lewat tas dan sepatu di Kapuas Hulu hingga Yahukimo, jadi peneguhan Astra membangun manusia Indonesia
dengan hati. Membangun manusia Indonesia dengan mencerdaskan akal budi mereka.
Program
pendidikan lewat tajuk Astra untuk Indonesia Cerdas merupakan salah satu kepedulian sosial Astra , selain bidang
kesehatan (Astra untuk Indonesia Sehat), lingkungan (Astra untuk Indonesia
Hijau) dan kewirausahaan (Astra untuk Indonesia Kreatif).
Semua itu
merupakan bukti tanggung jawab sosial yang dilandasi semangat Catur Dharma ,
selama 60 tahun Astra berkiprah di Indonesia.
Catur Dharma
yang merupakan DNA Astra itu antara lain: Menjadi milik yang bermanfaat bagi
bangsa dan negara, Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, Menghargai
individu dan membina kerja sama, dan Senantiasa berusaha mencapai yang terbaik.
DNA sosial
yang kuat, membuat perusahaan yang didirikan William Soeryadjaya
bersaudara jadi salah satu
perusahaan di Indonesia yang punya daftar panjang di bidang CSR. Tak hanya
panjang, program Astra dikenal kontinyu dan tepat sasaran demi “memanusiakan” masyarakat Indonesia.
Beberapa CSR
Astra yang rutin dan menguatkan imej Astra di bidang pendidikan antara lain:
membangun rumah pintar di sejumlah provinsi, rutin menyelenggarakan Forum
Komunikasi Sekolah Binaan (FKSB) Astra untuk sharing informasi dan mengapresiasi
prestasi di bidang pendidikan, melakukan pendampingan serta pembinaan sejumlah
sekolah Astra, hingga pemberian beasiswa bagi siswa/mahasiswa sampai guru dan
dosen.
Sementara di
bidang kesehatan, Astra juga rajin menggelar pengobatan gratis lewat layanan Mobil
Kesehatan Astra (Mokesa). Sebuah program yang diakui sangat mobile dan berhasil
menyentuh masyarakat yang selama ini sulit menikmati akses kesehatan.
Di luar
pendidikan dan kesehatan, Astra menyalurkan dana CSRnya ke bidang lingkungan
dan penguatan ekonomi rakyat. Beberapa yang fenomenal adalah Kampung Berseri
Astra di 27 provinsi, kegiatan penanaman pohon, serta mengedukasi warga lewat program
bank sampah senilai lebih dari satu miliar rupiah. Hingga 2017, total dana CSR
Astra untuk seluruh bidang mencapai 529 miliar rupiah.
Program penghijauan Astra International di Kabupaten Cianjur, Jawa barat. Bentuk kepedulian Astra untuk lingkungan yang lestari. (foto:astra.co.id) |
Tidak Sekadar Mengejar Laba
William Soeryadjaya
mengawali bisnis Astra 60 tahun lalu. Tepatnya di tahun 1957, dengan berbisnis
di bidang pemasaran minuman ringan
hingga hasil bumi. Siapa menyangka, perusahaan yang awalnya hanya memiliki empat
karyawan itu, kini menjadi salah satu perusahaan kebanggaan Indonesia dengan lebih dari 200 ribuan karyawan.
Berawal dari
satu perusahaan kecil, Astra International Tbk kini punya 208 perusahaan yang tersebar di tujuh
lini bisnis. Mulai dari bisnis otomotif, keuangan, alat berat, infrastruktur, agribisnis,
perbankan, hingga properti. Dan istimewanya, banyak bisnis Astra selalu masuk
daftar Kompas100, simbol perusahaan yang sehat, menguntungkan dan diburu di
lantai bursa.
Moncernya bisnis
Astra International Tbk terlihat dalam laporan keuangan akhir Oktober lalu.
Seperti dikutip dari laman Kompas.com, pada kuartal tiga 2017, Astra membukukan
laba bersih sebesar 14,18 triliun rupiah. Angka ini meningkat 26 persen
dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar 11,27 triliun rupiah. Sebuah
prestasi di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sumbangan laba
terbesar untuk Astra, tetap dipegang sektor otomotif. Bisnis ini berhasil menyumbang 6,6
triliun rupiah atau meningkat sepuluh persen dibanding tahun sebelumnya. Angka
yang positif meski sektor otomotif tertekan pemberian diskon dampak ketatnya
persaingan di pasar mobil.
Hingga
November 2017, penjualan mobil dengan merk di bawah bendera Astra seperti
Toyota, dan Daihatsu masih merajai daftar top twenty mobil terlaris tanah air.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Toyota berhasil menjual 28.797 unit mobil, disusul Daihatsu dengan
16.360 unit dari total penjualan mobil nasional 96.191 unit.
Sukses Astra menguasai pasar mobil Indonesia , disumbang
oleh mobil sejuta umat Avanza dengan angka penjualan pada November 2017
mencapai 10.070 unit. Disusul Kijang Innova 6.079 unit,Toyota Calya 5.493 unit, Daihatsu Sigra 4.816 unit, Daihatsu Gran Max
Pick Up 3.902 unit, dan Daihatsu Xenia 3.758 unit.
Sukses penjualan
otomotif dan peningkatan guyuran laba tidak membuat Astra melupakan orang-orang
di sekitarnya. Sesuai semangat Catur Dharma atau The Astra Way , Astra selalu ingin memberi manfaat
bagi Indonesia.
Gurihnya
laba, disalurkan Astra untuk membiayai program-program penguatan ekonomi
kerakyatan. Lewat Yayasan Dharma Bakti Astra, korporasi ini aktif membina lebih
dari 10 ribu UMKM, mendirikan 16 lembaga pengembangan bisnis, menginisiasi 10
lembaga mikro, dan menyalurkan bantuan bagi lebih dari 97 ribu warga. Pendek
kata, Astra ingin sukses bersama seluruh bangsa Indonesia. Astra tidak sekadar
berorientasi laba.
60 Tahun Menginspirasi
60 tahun sejak
berdirinya, Astra benar-benar jadi inspirasi Indonesia. Loyalitas, nasionalisme,
semangat berbagi dan semangat pantang menyerah jadi nilai-nilai yang identik dengan
Astra.
Jika menilik sejarah dunia otomotif Indonesia,
siapa mengira Astra bisa sesukses ini? Hingga awal tahun 1970-an, pasar
otomotif Indonesia masih dikuasai mobil dan motor made in Amerika dan Eropa yang dikenal kokoh, tangguh dan kuat
sejak masuknya kendaraan bermotor pertama di bumi nusantara, Hildebrand und
Wolfmuller buatan Jerman pada tahun 1893.
Jejak pertama
Toyota masuk Indonesia dicatat oleh Toyota Land Cruiser beratap canvas di tahun
1961. Saat Departemen Transmigrasi, karena pertimbangan harga akhirnya memilih
mengimpor built up 100 unit Land Cruiser dari Jepang, dibanding membeli jip
Willys Amerika atau Land Rover Inggris yang harganya lebih mahal.
Sementara
Astra baru mulai usaha otomotif di tahun 1969, saat pemerintah mewajibkan
perusahaan pembuat mobil luar negeri mendirikan agen tunggal pemegang merek
(ATPM). Di moment inilah, William Soeryadjaya mulai berbisnis otomotif. Diawali
merakit truk Chevrolet, sebelum akhirnya memasarkan mobil Jepang khususnya
Toyota.
Perjalanan
Astra menjual mobil Jepang sebenarnya tidaklah mudah. Dominasi dan hegemoni
otomotif Amerika dan Eropa begitu kuat. Di awal kehadirannya, mobil-mobil
Jepang yang dipasarkan Astra dipandang sebelah mata. Dicap mobil kaleng
kerupuk, karena bodynya yang tipis dan ringkih seperti kaleng.
Sekali lagi,
pantang menyerah dan inovatif adalah DNA Astra. Cibiran tak meruntuhkan
semangat Astra memasarkan mobil-mobil Jepang. Pemasaran yang cerdas, dan
keberhasilan membuktikan mobil Jepang tidak seburuk yang dibayangkan orang,
akhirnya jadi gerbang sukses Astra di Indonesia.
Toyota Kijang generasi pertama dirilis tahun 1977. Terjual lebih dari 26 ribu unit sekaligus jadi titik balik mobil Jepang menguasai jalanan di tanah air. (foto;toyota-id.com) |
Sukses Astra
menguasai jalanan di Indonesia makin terbuka seiring diluncurkannya mobil niaga
legendaris Toyota Kijang tahun 1977. Sejak saat itulah, Astra kian berkibar dan
mobil dan motor Jepang pun membalik keadaan jadi favorit keluarga Indonesia
menyingkirkan kendaraan buatan Amerika dan Eropa.
William Soeryadjaya (foto:wikipedia) |
Keteladanan William Soeryadjaya
Bicara
sukses PT Astra International Tbk, tak bisa dipisahkan dari nama besar William Soeryadjaya. Sosok pendiri Astra yang
meletakkan pondasi dan DNA Astra lewat Catur Dharma. Seperti dikutip dari buku “Man
of Honor”, William selalu meyakini, Astra adalah berkah dari Sang Pencipta
sehingga Astra punya kewajiban mengembalikan berkah dan sukses mereka
seluas-luasnya kepada masyarakat.
Tak heran,
jika semangat Catur Darma itu kini direalisasikan seluruh insan Astra lewat
beragam program CSR di tengah masyarakat.
Keteladanan
Oom William, juga diakui Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat peluncuran buku Man of Honor: Kehidupan,
Semangat dan Kearifan William Soeryadjaya di
tahun 2012. Karakter spiritual seorang William, menurut Kalla terlihat
dari kejujuran dan ketulusannya menghargai orang lain.
Kedewasaan menghargai
perbedaan juga diutarakan JK sebagai sisi positif seorang William. “Om William
selalu mengingatkan saya untuk sholat. Dia juga selalu mengingatkan tentang keimanan,
meski kita berbeda agama," kenang Jusuf Kalla.
Dan
akhirnya, William Soeryadjaja dan 60 tahun perjalanan PT Astra Internasional Tbk
jadi berkah bagi Indonesia. Menginspirasi kita.(*)
Post A Comment:
0 comments: