Museum identik dengan benda-benda zaman old, gedung tua, ruangan berbau lembab
dengan cahaya temaram. Pendek kata sangat mendekati gothic. Serba gelap, gloomy.
Dan Jakarta yang punya sejarah panjang dan memiliki
banyak museum – Menurut catatan Wikipedia ada sekitar 55 museum -- tentu punya
tantangan besar untuk mengubah semua ke-gothic-kan
itu. Jakarta dengan beragam museumnya punya potensi besar, menjadikan museum
sebagai objek wisata bagi semua orang, dengan segala usia dan strata.
Bagi saya, bagi gue nih…museum tetap jadi objek wisata
alternatif yang sangat bagus.Tidak cuma jadi lokasi plesiran terjangkau, museum
sangat bermanfaat menjadi media ilmu
pengetahuan. Sambil santai warga bisa belajar sejarah. Sambil plesir bareng
anak istri bisa memahami fosil atau jejak-jejak peradaban. Kerenkan?
Dan inilah satu poin keunggulan sebuah museum dibanding
objek wisata lain. Belajar sejarah di museum membuat kita sadar bagaimana
perjalanan sebuah bangsa. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah,” bukankah
begitu kata Bung Karno, founding father republik ini?
Sayangnya, keunggulan museum itu tak membuatnya menjadi
objek wisata yang selalu ramai dituju
masyarakat. Setidaknya itulah, yang terlihat dari data BPS Jakarta. Dari delapan
objek wisata unggulan di Jakarta, ada 4 museum di dalamnya. Empat museum itu
adalah Monumen Nasional atau Monas, Museum Nasional, Museum Satria Mandala,
Museum Sejarah Jakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapa (yang meski bukan museum,
punya banyak peninggalan sejarah berharga).
Sementara tiga objek non museum
adalah Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan Kebun
Binatang Ragunan.
Data BPS Jakarta menyebutkan, sepanjang tahun 2015 jumlah
kunjungan wisatawan ke Monas mencapai 1,5 juta orang. Sementara Museum Nasional
tercatat 266 ribu orang, Museum Satria Mandala 49 ribu orang, Museum Sejarah
Jakarta 535 ribu orang dan Pelabuhan Sunda Kelapa 63 ribu orang.
Meski pengunjungnya menurut BPS meningkat tiap tahun,
angka-angka di atas ternyata masih kalah jauh dibanding pengunjung Taman Impian
jaya Ancol (16,6 juta orang), TMII (5,5 juta orang), & Kebun Binatang
Ragunan (5,1 juta orang). Apa yang meleset dari permuseuman Jakarta? Hingga
angka kunjungan beda jauh?.
Melihat kondisi tersebut, saya membayangkan betapa lebih
menariknya jika museum di Jakarta berbenah. Mengubah museum yang identik dengan
benda zaman old, gedung tua, ruangan berbau lembab dengan cahaya temaram,
menjadi museum yang interaktif dan atraktif. Interaktif dan atraktif itulah kata
kunci yang akan saya beberkan.
SEJARAH
-
Pengunjung Museum Bank Mandiri menyimak sejarah kedatangan VOC di Nusantara.(foto:ekmalmna)
|
Gue
Pengen Museum di Jakarta, Jadi Lebih Interaktif
April lalu saya berwisata ke kawasan Kota Tua. Salah satu
museum yang kami kunjungi adalah Museum Bank Mandiri. Gedung berwarna putih di
seberang Stasiun Jakarta Kota itu sangat indah. Hanya dengan membayar tiket
5.000 rupiah per orang dewasa (anak-anak gratis), kami bisa menyaksikan jejak
sejarah Bank Mandiri sejak era kolonial hingga zaman milenial.
Selama hampir dua jam di dalamnya, saya bisa menyaksikan
perlengkapan perbankan lintas zaman. Menyaksikan bahkan memegang peti uang
kuno, mesin tik jadul, bermacam mesin
ATM, hingga menatap buku induk nasabah bank yang luar biasa besar.
Namun sayang, perjalanan sejarah di museum ini cenderung
senyap. Padahal, jika dikemas lebih interaktif kunjungan ke Museum Bank Mandiri
bisa lebih berkesan.
Betapa lebih hidupnya jika di museum ini para pengunjung
bisa memerankan posisi sebagai teller atau staf bank. Atau berpura-pura menjadi
pedagang yang hendak mengajukan kredit dan duduk di meja kursi tua di ruangan
yang sangat megah itu. Tentu lebih interaktif dan sensasional. Memberi
pengalaman yang lebih luas dan dalam. Dan di zaman medsos, pengalaman interaksi
seperti ini jelas bakal viral dan berdampak positif. Warga now lebih #enjoymuseum
Suasana Museum Bank Mandiri.Sisa-sisa kemegahan yang senyap. Wisata museum bisa lebih hidup jika pengunjung dapat melakukan kegiatan interaktif. (dok.pribadi) |
Gue
Pengen Museum di Jakarta, Jadi Lebih Atraktif
Menurut KBBI, Atraktif berarti punya daya tarik dan
menyenangkan.Nah, itulah yang sangat gue pengen dari semua museum di Jakarta.
Museum harus lebih berdaya tarik dan menyenangkan pengunjungnya.
Sungguh menyenangkannya jika saya atau anak-anak saya
–juga anak-anak lain-- bisa merasakan sensasi duduk di kokpit jet tempur Mig 21
Fishbed saat berkunjung ke Museum Satria Mandala.
Duduk di kokpit jet tempur kebanggaan Indonesia di era
Soekarno itu tentunya lebih menggairahkan dibanding hanya sekadar berswafoto.
Punya banyak koleksi pesawat legendaris seperti pembom
tempur B–25 Mitchel, P51 Mustang, Jet A4- Skyhawk hingga beragam kapal dan
helikopter, membuat Museum Satria Mandala punya kesempatan mendongkrak lebih
banyak pengunjung, jika mau berinovasi memikat masyarakat.
Ayo, singkirkan kekhawatiran ide ini bakal merusak
koleksi museum. Saya yakin jika ada kemauan tentu ada banyak jalan
mewujudkannya. When There is a Will, There is a Way! Dan ini tentunya bukan
hanya untuk Museum Satria Mandala, tapi juga bisa diterapkan untuk
museum-museum lain. Itulah yang gue pengen dari museum-museum di Jakarta.
Berani coba ide gue? #enjoyjakarta #enjoyjakmuseum
#jakartatourism (*)
Referensi
https://jakarta.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/158
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_museum_di_Kota_Jakarta
https://jakarta.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/158
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_museum_di_Kota_Jakarta
CATATAN:
Artikel ini meraih Juara Harapan III Kategori Blog di kontes Jakarta Museum On Social Media 2017. Malam penganugerahan para juara berlangsung di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Rabu (13 Desember 2017). Alhamdulillah.
Post A Comment:
0 comments: