slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Envio Kretek Jambu

Sigaret kretek tangan buatan PT Leni Jaya Tobacco, Kudus: Envio Kretek Jambu 12 Barang menemani mimin nongkrong di warkop.  .  E...

Cari Blog Ini

Navigation

Impian Gue Tentang Museum di Jakarta

LEBIH HIDUP - Berwisata berarti juga bergembira, dan suasana akan lebih hidup serta asyik jika saat kunjungan ada momen-momen yang melibatkan emosi wisatawan. Seperti menikmati bersepeda onthel di halaman Museum Fatahillah ini contohnya. (foto:ekmalmna)

Museum identik dengan benda-benda zaman old, gedung tua, ruangan berbau lembab dengan cahaya temaram. Pendek kata sangat mendekati gothic. Serba gelap, gloomy.

Dan Jakarta yang punya sejarah panjang dan memiliki banyak museum – Menurut catatan Wikipedia ada sekitar 55 museum -- tentu punya tantangan besar untuk mengubah semua ke-gothic-kan itu. Jakarta dengan beragam museumnya punya potensi besar, menjadikan museum sebagai objek wisata bagi semua orang, dengan segala usia dan strata.

Bagi saya, bagi gue nih…museum tetap jadi objek wisata alternatif yang sangat bagus.Tidak cuma jadi lokasi plesiran terjangkau, museum sangat bermanfaat menjadi media  ilmu pengetahuan. Sambil santai warga bisa belajar sejarah. Sambil plesir bareng anak istri bisa memahami fosil atau jejak-jejak peradaban. Kerenkan?

Dan inilah satu poin keunggulan sebuah museum dibanding objek wisata lain. Belajar sejarah di museum membuat kita sadar bagaimana perjalanan sebuah bangsa. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah,” bukankah begitu kata Bung Karno, founding father republik ini?

Sayangnya, keunggulan museum itu tak membuatnya menjadi objek wisata  yang selalu ramai dituju masyarakat. Setidaknya itulah, yang terlihat dari data BPS Jakarta. Dari delapan objek wisata unggulan di Jakarta, ada 4 museum di dalamnya. Empat museum itu adalah Monumen Nasional atau Monas, Museum Nasional, Museum Satria Mandala, Museum Sejarah Jakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapa (yang meski bukan museum, punya banyak peninggalan sejarah berharga). 

Sementara tiga objek non museum adalah Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan Kebun Binatang Ragunan.

Data BPS Jakarta menyebutkan, sepanjang tahun 2015 jumlah kunjungan wisatawan ke Monas mencapai 1,5 juta orang. Sementara Museum Nasional tercatat 266 ribu orang, Museum Satria Mandala 49 ribu orang, Museum Sejarah Jakarta 535 ribu orang dan Pelabuhan Sunda Kelapa 63 ribu orang.

Meski pengunjungnya menurut BPS meningkat tiap tahun, angka-angka di atas ternyata masih kalah jauh dibanding pengunjung Taman Impian jaya Ancol (16,6 juta orang), TMII (5,5 juta orang), & Kebun Binatang Ragunan (5,1 juta orang). Apa yang meleset dari permuseuman Jakarta? Hingga angka kunjungan beda jauh?.


Melihat kondisi tersebut, saya membayangkan betapa lebih menariknya jika museum di Jakarta berbenah. Mengubah museum yang identik dengan benda zaman old, gedung tua, ruangan berbau lembab dengan cahaya temaram, menjadi museum yang interaktif dan atraktif. Interaktif dan atraktif itulah kata kunci yang akan saya beberkan.

SEJARAH - Pengunjung Museum Bank Mandiri menyimak sejarah kedatangan VOC di Nusantara.(foto:ekmalmna)

Gue Pengen Museum di Jakarta, Jadi Lebih Interaktif
April lalu saya berwisata ke kawasan Kota Tua. Salah satu museum yang kami kunjungi adalah Museum Bank Mandiri. Gedung berwarna putih di seberang Stasiun Jakarta Kota itu sangat indah. Hanya dengan membayar tiket 5.000 rupiah per orang dewasa (anak-anak gratis), kami bisa menyaksikan jejak sejarah Bank Mandiri sejak era kolonial hingga zaman milenial.

Selama hampir dua jam di dalamnya, saya bisa menyaksikan perlengkapan perbankan lintas zaman. Menyaksikan bahkan memegang peti uang kuno, mesin tik jadul, bermacam  mesin ATM, hingga menatap buku induk nasabah bank yang luar biasa besar.

Namun sayang, perjalanan sejarah di museum ini cenderung senyap. Padahal, jika dikemas lebih interaktif kunjungan ke Museum Bank Mandiri bisa lebih berkesan.

Betapa lebih hidupnya jika di museum ini para pengunjung bisa memerankan posisi sebagai teller atau staf bank. Atau berpura-pura menjadi pedagang yang hendak mengajukan kredit dan duduk di meja kursi tua di ruangan yang sangat megah itu. Tentu lebih interaktif dan sensasional. Memberi pengalaman yang lebih luas dan dalam. Dan di zaman medsos, pengalaman interaksi seperti ini jelas bakal viral dan berdampak positif. Warga now lebih #enjoymuseum 


Suasana Museum Bank Mandiri.Sisa-sisa kemegahan yang senyap. Wisata museum bisa lebih  hidup jika pengunjung dapat melakukan kegiatan interaktif. (dok.pribadi)


Gue Pengen Museum di Jakarta, Jadi Lebih Atraktif
Menurut KBBI, Atraktif berarti punya daya tarik dan menyenangkan.Nah, itulah yang sangat gue pengen dari semua museum di Jakarta. Museum harus lebih berdaya tarik dan menyenangkan pengunjungnya.

Sungguh menyenangkannya jika saya atau anak-anak saya –juga anak-anak lain-- bisa merasakan sensasi duduk di kokpit jet tempur Mig 21 Fishbed saat berkunjung ke Museum Satria Mandala.

Duduk di kokpit jet tempur kebanggaan Indonesia di era Soekarno itu tentunya lebih menggairahkan dibanding hanya sekadar berswafoto.

Punya banyak koleksi pesawat legendaris seperti pembom tempur B–25 Mitchel, P51 Mustang, Jet A4- Skyhawk hingga beragam kapal dan helikopter, membuat Museum Satria Mandala punya kesempatan mendongkrak lebih banyak pengunjung, jika mau berinovasi memikat masyarakat.

Ayo, singkirkan kekhawatiran ide ini bakal merusak koleksi museum. Saya yakin jika ada kemauan tentu ada banyak jalan mewujudkannya. When There is a Will, There is a Way! Dan ini tentunya bukan hanya untuk Museum Satria Mandala, tapi juga bisa diterapkan untuk museum-museum lain. Itulah yang gue pengen dari museum-museum di Jakarta. Berani coba ide gue? #enjoyjakarta #enjoyjakmuseum #jakartatourism (*)








CATATAN: 
Artikel ini meraih Juara Harapan III Kategori Blog di kontes Jakarta Museum On Social Media 2017. Malam penganugerahan para juara berlangsung di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Rabu (13 Desember 2017).  Alhamdulillah.
 
 
Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

0 comments: