slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

Non Tunai Bikin Plesiran Makin Aman dan Nyaman

Di sekitar Menara Eiffel ada 30 grup pencopet dan penipu. Targetnya sangat jelas: wisatawan dari Asia. Mengapa? Karena traveler Asia beda dari turis Eropa dan Amerika. Orang Asia kerap jadi sasaran karena gemar bawa uang tunai! 


 [[Praktis & Aman - Berlibur semakin praktis, nyaman & aman dengan bekal e-money. Cukup bawa uang tunai seperlunya untuk mencegah aksi kriminal. (foto: Koleksi Pribadi)]]


Para pencopet yang beraksi di Menara Eiffel memang sangat lihai. Tangan mereka gesit, dan bisa secepat kilat memindahkan dompet bahkan gepokan uang Euro dari korbannya. Seakan tahu dimana posisi uang-uang itu disimpan, begitu korban sudah ditetapkan para pencopet akan bahu membahu menjalankan misinya.

Sebelum berangkat ke Paris awal Juni lalu, saya sempat membaca di internet soal ganasnya para pencopet di sekitar Menara Eiffel itu. Karena geram pada maraknya pencopetan, para pekerja di menara yang masuk keajaiban dunia itu sampai melakukan aksi mogok. Para pekerja itu menuntut polisi bisa bertindak tegas. Aksi mogok ini membuat Menara Eiffel pun tutup sementara pada 22 Mei 2015.

Menurut resepsionis hotel tempat saya menginap di Paris, pencopet di Menara Eiffel merupakan aksi komplotan. Mereka ini terbagi dalam 30 kelompok, aksinya sangat canggih. Para pencopet yang kebanyakan berasal dari Rumania, Turki dan beberapa negara Afrika itu dalam aksinya kerap menyaru sebagai turis. Modusnya mulai dari pura-pura minta bantuan motret, nawarin souvenir, hingga paling kasar memepet korban saat antre berjubel. Selain di Eiffel, para pencopet juga rajin beraksi di kereta api bawah tanah (subway).

Para turis Asia kerap jadi korban, karena memang dikenal paling senang membawa uang tunai.Gepokan uang ini biasanya disimpan di tas tenteng kecil, di saku ransel, atau di kantung rahasia yang ternyata sudah dipelajari sindikat pencopet!

Kegemaran orang Asia membawa uang tunai, jelas berbeda 180 derajat dengan turis Eropa atau Amerika, yang sudah membudaya menggunakan kartu debit/kartu kredit. Sehingga kalau pun mereka kecopetan, para pencopet tetap sulit menarik tunai karena harus berhadapan dengan deretan angka-angka kode rahasia atau pemblokiran oleh pemilik kartu.

Orang Asia memang gemar membawa tunai, karena ingin menghindari selisih kurs yang dianggap merugikan, tidak mau ribet-ribet mencari ATM atau takut kalau kartu kredit/debitnya ternyata tidak berlaku di negara tujuan.

Melihat kondisi ini, demi keamanan dan kenyamanan perjalanan, pihak travel menyarankan saya agar membawa uang tunai secukupnya saja dan selebihnya cukup dengan kartu debit serta kartu kredit. “Pakai uang plastik lebih aman mas. Lagian di Paris hampir semua toko sudah mendukung kartu terbitan bank di Indonesia. Mau tarik tunai juga bisa dilakukan di ATM,”kata pihak travel saat mendampingi saya mengurus Visa di kawasan Kuningan, Jakarta.

Menimbang saran tersebut, saya pun manut saja. Untuk liburan di Prancis yang berdurasi tiga hari, dari Jakarta saya sudah siapkan uang tunai beberapa ratus Euro dalam berbagai pecahan, beberapa kartu kredit dan kartu debit berlogo Visa serta Master. Saya juga menyimpan rupiah beberapa ratus ribu , untuk keperluan selama berangkat dan pulang di Bandara Soekarno Hatta. Hitungan saya ini pastinya bukan hal baku, karenanya anda tentu bisa membuat hitung-hitungan sendiri sesuai kebutuhan.

Untuk mencegah kriminalitas, semua uang tunai dan uang plastik ini saya simpan secara tersebar di beberapa kantung rahasia. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari cukup diselipin di kantung depan celana. Oya, jika anda ke Paris upayakan tidak menyimpan uang di kantung belakang celana. Karena itu posisi paling disukai para pencopet!

Jika sedang di subway, jangan pernah membiarkan anda didempet rapat orang-orang asing. “Harus berani meminta mereka tidak mendekat,” kata resepsionis hotel. Memang saat jam sibuk (sekitar pukul 08.00 – 09.00 dan pukul 17.00 – 19.00) subway akan sangat padat penumpang. Untuk mencegah aksi kejahatan, pindahkan ransel anda dari punggung ke depan/dada. Ini juga berlaku untuk tas slempang, jangan biarkan tergelantung di sisi anda selama perjalanan.



 [[Persiapan Matang - Sebelum berlibur, persiapkan secara matang tujuan dan item pendukungnya. Reservasi hotel, pembelian tiket pesawat, juga tiket kereta api sebagai pos pengeluaran terbesar bisa dilakukan jauh hari lewat pembelian online. (foto:koleksi pribadi)]]



Tetap Hemat dan Terkendali
Harus diakui, ketakutan terbesar warga Indonesia untuk memakai kartu debit/kartu kredit saat berliburan ke luar negeri adalah faktor embel-embel biaya-biaya tambahan. Sebenarnya tidak hanya di luar negeri, belanja memakai kartu plastik ini di dalam negeri juga masih sangat minim karena ada biaya tambahan yang kerap mengiringi ini.

Memakai kartu kredit dan debit di luar negeri, sebenarnya lebih simple daripada di Indonesia. Selain kena biaya selisih kurs mata uang, kita hanya dikenakan charge penggunaan kartu di luar negeri (besarnya tergantung bank masing-masing).

Sementara untuk belanja, kita tetap membayar sebesar harga barang/jasa yang kita beli. Saya tidak menjumpai biaya tambahan 3 persen yang sangat menyebalkan itu seperti di merchant-merchant di dalam negeri.

Fee terbesar tetap dipegang oleh tarik tunai. Yang besarannya antara 2 hingga 4 persen dari jumlah penarikan. Yah, tidak jauh bedalah dengan tarik tunai di dalam negeri.

Karena itu, untuk mencegah tagihan membengkak saat tiba di tanah air. Tetap upayakan hemat dan kendalikan nafsu belanja anda. Sebelum berangkat harus punya daftar pengeluaran saat liburan, termasuk apa-apa saja yang akan dibeli. Dan jangan over budget dari daftar yang sudah disusun. Jika anda teguh dan disiplin, maka liburan dengan menggunakan kartu kredit/debit di luar negeri benar-benar aman dan menyenangkan.

Dari perjalanan selama di Prancis, pos pengeluaran yang bisa ditalangi secara non tunai adalah pembelian tiket pulang pergi, biaya menginap di hotel, belanja oleh-oleh di hampir semua toko di Paris, dan belanja makanan di kafe.

Apakah selama di Paris saya tidak mengeluarkan uang tunai? Tentu tidak, pembayaran tunai tetap diperlukan untuk membeli tiket subway, ongkos taksi, dan belanja ketengan (air minum, koran, permen, buah).

Sekali lagi, dengan disiplin maka penggunaan kartu kredit/kartu debit saat liburan akan membuat liburan di luar negeri makin menyenangkan. Dan yang pasti, pengeluaran di luar negeri itu harus sudah ada anggarannya di rekening tabungan anda. Sehingga begitu tiba di tanah air, semua tagihan di slip belanja selama plesiran tinggal dilunasi untuk menghindari jebakan bunga. (*)



[[ Lebih Tenang - Di sejumlah negara Eropa, kartu kredit dan debit terbitan bank Indonesia banyak diterima sebagai alat transaksi. Hal ini selain praktis juga memudahkan kita untuk belanja saat plesiran. So, tidak perlu ragu untuk lebih banyak mengandalkan e-money made in merah putih. (foto: koleksi pribadi)]]
Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

0 comments: