slider

Recent

Diberdayakan oleh Blogger.

Logo TVRI dari Masa ke Masa

  Logo TVRI sejak 2019. Lebih milenial tapi mirip DW Jerman Deutsche Welle atau DW adalah TV dan Radio plat merah Jerman. Selain untuk warga...

Cari Blog Ini

Navigation

Perjuangan Pemain ke-12 Timnas Asian Games 2018

Betapa cintanya warga Indonesia pada Timnas. Jarak yang cukup jauh ke Stadion Wibawa Mukti, Cikarang tak menyurutkan kami untuk hadir.

Usai Jumatan, road to Wibawa Mukti dimulai. Saya dan rombongan suporter dari Jakarta, Bogor dan Banten, harus naik turun KRL plus  nyambung ojol dengan total lama perjalanan 2 jam.

Bukan perjalanan yang nyaman. Karena suporter sudah "empet-empetan" sejak Stasiun Palmerah.

Kereta makin penuh, saat transit di Tanah Abang dan Manggarai. Tapi tetap semangat!

Suporter dengan kendaraan pribadi juga nggak kalah perjuangannya. Terjebak macet di tol dan jalur menuju stadion.

Tiba di stadion, tantangan lain muncul. Meski tiket sudah di tangan, harus antre panjang dan laaaaaama. Saat melewati gerbang, harus antre lagi di gate-gate stadion. Desak-desakan dan berkeringat. Ulalaaaa!

Saya dan banyak teman yang kebagian bangku kategori C, tribun  di belakang gawang harus kecewa. Karena ternyata bangku kami sudah diisi orang lain. Tribun paling sangar, peneror lawan paling ganas  dan paling kreatif  sepanjang laga ini full.

Udah bayar, terjebak antrean  tapi nggak bisa nonton jelas menyebalkan. Maka bersama suporter lain,  kami temui panitia dan polisi penjaga.

Alhamdulillah, dengan loby-loby, musyawarah mufakat, kami pun dibarter tribun kategori A yang viewnya lebih luas dari kategori C. Win win solution!

Laga ini memang tidak menghasilkan kemenangan untuk Indonesia. Tapi perjuangan skuad Luis Milla tetap menawan. Dua hadiah pinalti untuk UEA membuktikan badan gede pemain UEA amat rapuh saat di kotak 12 pas. Kami yang datang jauh-jauh tidak kecewalah. Tetap memberi standing applause.

Kekalahan memang kemenangan yang tertunda. Tapi tetaplah bikin lemas. :)

Kami meninggalkan stadion dengan banyak diam. Pembawa genderang, terlihat gontai.Syal-syal nyaris diseret. Lunglai. Lesu. Semua antiklimaks.  Haus, lapar, dan lelah.

Saya dan suporter Jakarta, Bogor dan Banten masih harus berjuang untuk pulang. Naik KRL. Berdesakan. Kereta jadi  lebih padat, karena berbarengan dengan jam  buruh/pegawai pulang kerja.

Perjalanan pulang jadi  lebih lama. Karena kali ini wajib transit untuk ganti kereta di Bekasi, plus  Manggarai, dan Tanah Abang. Apesnya, waktu menanti tibanya kereta lanjutan di malam hari juga sangat panjang.

Alhasil, saya baru  tiba di Palmerah pukul 23. 50 WIB. Berpisah dengan suporter asal Serpong dan Parung Panjang, yang pastinya baru sampai di tempat asal saat berganti hari.

Demikian perjuangan hari ini, dan kami siap berjuang di hari esok. Kami akan terus dukung timnas. Dimana pun arenanya. Siapa pun pemainnya. Siapa pun pelatihnya. Siapa pun ketua PSSInya. Siapa pun presidennya! Karena kami rindu jadi juara!


Palmerah, 25 Agustus 2018



Share
Banner

EKMALMNA

Post A Comment:

0 comments: