Avanza Tabrak 17 Murid TK Boddhicita Medan
Dua Bocah TK Kritis
* Dirawat Intensif di Ruang ICU
* 17 Murid TK Perguruan Buddhis Boddhicita Ditabrak Gurunya Sendiri
MEDAN, TRIBUN - Sebanyak dua dari 17 murid Taman Kanak- kanak (TK) Perguruan Buddhis Boddhicita, Medan, yang ditabrak Marini (22), guru murid-murid tersebut, masih kritis dan dirawat insentif di ruang intensive care unit (ICU) RS Columbia Asia, Medan, Jumat (02/03/2012).
"Dua orang yang dirawat di ICU kritis. Robert mengalami bengkak di wajah bagian kanan dan tangan kirinya patah. Yunita mengalami pendarahan di kepala (geger otak ringan) dan luka robek di sekitar kemaluan," kata Kasat Lantas Polresta Medan Kompol M Risya Mustario kepada Tribun, tadi malam.
Pada Jumat pagi, secara tak sengaja, Marini menabrak 17 bocah TK dan satu guru saat hendak memindahkan mobil.
Mobil Avanza BK 1272 VQ yang dikemudikannya melindas kerumunan bocah TK yang sedang senam pagi di halaman sekolah yang terletak di Jalan Selam I, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, tersebut.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 08.09 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa nahas tersebut.
Maksud Marini sebenarnya baik. Ia memindahkan mobilnya agar murid-muridnya bisa lebih leluasa bersenam pagi.
Namun guru baru setahun mengajar bidang studi kecakapan untuk tingkat TK dan SD ini tidak melihat anak-anak yang sedang berkumpul.
Ia panik saat mobilnya mundur dan menabrak kerumunan muridnya. Korban semakin parah karena Marini secara spontan memajukan mobilnya yang malah berbuntut jatuhnya korban lebih banyak.
"Marini syok dan langsung pingsan, tetapi dia bilang akan bertanggung jawab atas perbuatannya," kata Rudi Raman, yang menjadi juru bicara menyampaikan permintaan maaf Marini kepada keluarga korban.
Selain dua yang kritis, sebanyak delapan korban lainnya mengalami luka berat patah tulang, luka ringan, dan beberapa mengalami benjol.
"Dari 18 korban, tiga orang sudah pulang, termasuk seorang guru," kata Risya.
Menurut Risya, pelaku sudah mengakui kelalaian dan kesalahannya. "Murni human error," ujarnya.
Risya mengatakan pelaku sudah resmi menjadi tersangka dan ditahan. "Tersangka dikenakan pasal 359 KUHP, kelalaian yang mengakibatkan orang cacat, dengan ancaman hukuman lima tahun penjara," katanya.
Risya didampingi Kanit Laka (Kecelakaan) AKP Juwita menerangkan sampel urine tersangka juga sudah diambil untuk diperiksa di Laboratorium Forensik (labfor) Cabang Medan. "Besok urinenya kita kirim ke labfor, supaya kita tahu, apakah dia mengkonsumsi narkoba atau tidak," katanya.
Rekaman CCTV
Risya telah melaporkan hasil rekaman CCTV peristiwa penabrakan tersebut kepada Wakapolresta Medan, AKBP Pranyoto, melalui hubungan telepon. Tribun yang ikut mengiringi Risya berjalan keluar sekolah Bodihicitta mendengar laporannya kepada pimpinannya.
"Sudah saya lihat, mengerikan sekali. Sebagian siswa tergilas dua kali, setelah mundur ditabrak, karena panik mobilnya maju lagi, dan menggilas sebagian murid," ujar Risya.
Sebelumnya, Tribun menghubungi Kapolresta Medan Monang Situmorang menanyakan keberadaan Marini. Melalui telepon selulernya Monang menegaskan, tersangka sudah berada di Kantor Sat Lantas Polresta Medan.
"Sudah di satlantas pelakunya. Tadi dia sempat pingsan dan dirawat di rumah sakit," kata Monang. Namun, saat hendak ditemui di ruang Kanit Laka Sat Lantas Polresta Medan, pihak keluarga memohon kepada wartawan agar tak mewawancarai anaknya lantaran kondisinya sedang syok.
"Kami mohon maaf lah. Dia masih sangat syok. Tadi aja dia sempat pingsan," ujar Ardi Tan, sahabat Ayah Marini, yang sejak sore sudah berada di kantor Lantas.
Pihak keluarga masih mengizinkan wartawan memotret Marini. Saat difoto, Marini menutupi wajahnya. Ia memakai kaus abu-abu dan menutup kepalanya.
Minta Maaf
Pihak sekolah TK Perguruan Buddhis Boddichitta meminta maaf kepada para korban dan orangtua korban atas kecelakaan tersebut. Pihak perguruan berjanji akan menanggung semua biaya pengobatan dan rehabilitasi psikis korban.
"Ini murni kecelakaan, tidak ada kesengajaan. Untuk itu, kami meminta maaf. Guru yang menabrak meminta maaf kepada para siswa dan orangtua murid," kata Ketua Bidang Sosial Yayasan Buddhis Boddichitta Rudy Rachman.
Rico Siahaan, orangtua siswa TK, yang anaknya tidak menjadi korban dalam peristiwa tragis itu mengaku, sempat menyarankan kepada pihak sekolah agar tidak mencampurkan kawasan parkir dengan halaman sekolah.
"Anak saya sempat juga hampir tertabrak bus yang masuk ke dalam. Sudah pernah juga saya sampaikan ke kepala sekolahnya agar mobil-mobil tidak diparkir di dalam," kata Rico usai kejadian itu.
Sementara, orangtua siswa lainnya mengatakan petugas keamananlah paling bertanggung jawab atas kejadian itu. "Petugas keamanan harusnya melarang mobil bergerak saat halaman digunakan murid berolahraga," ujar seorang orangtua murid.
Ia mengaku mendapat kabar kecelakaan itu via BBM yang beredar dan langsung datang untuk melihat kondisi anaknya."Anak saya TK di sini, syukur ternyata dia tidak kena," katanya. (fer/ari)
Post A Comment:
0 comments: